apa itu? yang tersirat di wajahmu?
sebuah senyuman? apa yang membuatmu tersenyum?
kau teringat sesuatu yang menyenangkan? tentang apa? tentang siapa?
pasti bukan tentang gue
jadi siapa dia? yang kau pikirkan sambil senyum senyum begitu?
ada sms dari dia? jadi lu suka smsan ama dia? jam segini masih smsan?
lu kan lagi beduaan ama gue? masa smsan ama cowo lain di depan gue?
lu suka ama dia? Hm?
cuman teman?
temen apa temeeen?
temen ngobrol? wah jadi lu suka ngobrol ama dia? sejak kapan?
jadi kemarin2 lu suka ketemuan ama dia? trus ngapain aja?
kalian bedua2an begitu? ngapain aja? ngobrol doang?
ngobrolin apa? ngobrolin gue?
atau ngobrolin tentang lu bedua aja?
Lu kan uda ama gue? kenapa masih jalan ama cowo lain?
siapa sih dia? apa kelebihannya dibanding gue?
apa yang lu suka dari dia?
seberapa jauh hubungan lu ama dia? lu ada hati ama dia?
hah? kok diem aja?
lu bedua uda ngapain aja? lu uda diapain aja ama dia?
pegangan tangan? poto2 bedua? saling pandang?
apa dia ngerayu lu? lu suka dirayu dia?
astaga dibonceng pula?
trus lu pegang pinggangnya? pundaknya? perutnya?
lu peluk dia?
lu nyandar dada lu ke dia?
lu ngomong2 ditelinganya?
jangan2 lu ciuman lagi
hah?
berapa lama ini sudah berlangsung?
berapa kali ini terjadi?
cuman teman?
gada apa apa? gada apa apa gimana kalau bgitu mah?
yang bener aja, lu?
jangan boongin gue lu
lu kalau emang suka
kalau emang cinta
ya uda kita bubar aja
ngapain lagi kita?
(diam,
pedih, marah, murka, bingung, merasa kalah, merasa dipecundangi, merasa
cemburu, dikhianati, merasa kehilangan, merasa sesuatu yang besar
tiba-tiba menghadang memaksa membuat keputusan besar yang menyakitkan)
jadi gitu ya
aku ga bisa kalau begini
selamat tinggal ya
gue cabut
A Diary Of : Dhens
Kamis, 16 Februari 2012
Rabu, 15 Februari 2012
Geomorfologi Kars
BENTUK
LAHAN ASAL SOLUSIONAL (KARST)
Makalah
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Geomorfologi
Umum
yang
dibina oleh Drs. Sudarno Herlambang, M.Si.
Oleh:
kelompok 6
(off A):
1. Zaka Khoirul
Anwar (110721407160)
2. Deny Wanti A (110721435152)
3. Hardiyanti H.A
Rena (110721435155)
4. Noviani Nur Kolis (107351407401)
4. Noviani Nur Kolis (107351407401)
5. Nur Cholis (110721435154)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk lahan, mengacu kepada
sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen dengan irri satuan lahan
atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan irri – irri
tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan(morfografi), proses / asal – usul
(morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang
lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun
(lithologi).
Bentuk lahan yang
ada di permukaan bumi bermacam-macam salah satu bentuk yaitu bentuk lahan
solusional yang mana bentuk tersebut mendominasi topografi lahan karst.Istilah karst yang dikenal di Indonesia
sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst
/ krast’ yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara
Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Moore and Sullivan (197
menyebutkan bahwa istilah karst diperoleh dari bahasa Slovenia, terdiri dari kar
(batuan) dan hrast (oak), dan digunakan pertama kali oleh pembuat
peta-peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan
gamping berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut Yugoslavia dan
sebelah Timur Laut Italia.
Beberapa
ilmuwan lain menyebutkan pula bahwa asal mula ditemukannya daerah yang akhirnya
dinamakan karst adalah karena akibat adanya perumputan (grassing) oleh
ternak-ternak pada suatu kawasan, sehingga tersingkaplah batuan dan fenomena
didalamnya yang ternyata sangat khas dan unik. Istilah karst ini akhirnya
dipakai untuk menyebut semua kawasan berbatuan gamping di seluruh dunia yang
mempunyai keunikan dan spesifikasi yang sama, karena proses pelarutan (solusional),
bahkan berlaku pula untuk fenomena pelarutan pada batuan lain seperti
gypsum, serta batuan garam dan anhidratnya. Beberapa istilah dalam karst yang
juga diambil dari daerah ini diantaranya adalah bentukan Polje yang merupakan
nama suatu kota di Yugoslavia, Beberapa istilah bentukan karst yang lain
diantaranya adalah bukit dan tower karst, diaklas, pinacle, cockpit, uvala,
doline, sinkhole, goa, lapies, speleothem, dan sungai bawah
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bentuk lahan solusional atau karst?
2. Bagaimana bentuk-bentuk lahan karst?
3. Bagaimana ciri-ciri bentuk lahan solusional/karst?
4. Bagaimana proses terbentuknya bentuk lahan karts?
5. Apa saja stadia perkembangan topografi karst?
6. Apa saja sumberdaya alam karts?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu lahan karts.
2) Untuk mengetahui bagaimana bentuk – bentuk lahan
katrs.
3) Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri lahan karst.
4) Untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya
lahan karts.
5) Untuk mengetahui apa saja stadia perkembangan
topografi karts.
6) Untuk mengetahui apa saja sumberdaya alam karst.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lahan
Solusional/Karst
Bentuk lahan solusioal adalah
bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada
daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk
topografi karst, walaupun faktor selain batuannya sama.
B. Syarat
berkembangnya topografi karst
1.
Terdapat batuan yang mudah
larut, yaitu batu gamping ataupun dolomite
2.
Batu gamping dengan kemurnian
tinggi
3.
Mempunyai lapisan batuan yang
tebal
4.
Banyak terdapat diaklas/retakan
Batuan
karbonat memiliki banyak diaklas akan memudahkan air untuk melarutkan CaCO3.
Oleh karena itu batuan karbonat yang sedikit diaklas atau tidak memiliki
diaklas , walaupun terletak pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi, namun
tidak terbentuk topografi karst.
5.
Pada daerah tropis basah
Kondisi
iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga lebat yang bersamaan
dengan temperature yang tinggi.Kondisi semacam ini menyebabkan pelarutan dapat
berlangsung secara intensif.
6.
Vegetasi penutup yang lebat
Vegetasi
yang rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah LW memiliki
PH rendah atau asam. Pada kondisi asam, air akan mudah melarutkan karbonat
(CaCO3). Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas , curah hujan
dan suhu tinggi, serta vegetasi yang lebat akan mendorong terbentuknya
topografi kars.
Menurut
Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang memiliki karakteristik
relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan yang
tinggi oleh air.
Tektonisme menjadi factor prnrntu pula, sesar dan kekar menjadi factor yang
amat penting.Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada
batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga mempermudah gerakan air
melalui batuan tersebut.Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan
pelarutan didalam batuan.
C.
Proses Terbentuknya Lahan Karst
v Hujan turun membawa CO2 yang
terlarut dalam cairan.
v Hujan terperkolasi melalui
tanah.
v Menggunakan CO2 untuk
membentuk larutan lemah ( Asam Karbonat “CO2 + H2O = H2CO3”)
v Infiltrasi air secara natural
membuat retakan pada batuan.
v Suplai CO2 terus menerus yang
kaya air,lapisan karbonat mulai melarut.
v Sistem drainase bawah tanah
mulai berkembang mempercepat pembentukan karst.
v Akhirnya mengarah ke
pengembangan gua dibawah permukaan
D. Bentuk Lahan Karst
Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain
misalnya dolomit,
dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan
kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada
bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini
disebut sebagai daerah karst asli.
Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik,
pergerakan tektonik,
air dari pencairan salju dan pengosongan
batu cair (lava).
Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat
memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Kemudian, bentuk lahan karst (solusional) dapat dibedakan menjadi
beberapa macam. Berdasarkan tinggi rendahnya permukaan bentuk- bentuk tersebut
dibagi menjadi dua, yaitu bentuk lahan negatif ( Negative Karst Landform)dan
bentuk lahan positif ( Positive Karst Landform) .
Ø Bentuk Lahan Negatif
Berada di
bawah permukaan rata-rata setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan,
atau terban.
a.
Doline
Merupakan depresi yang terjadi oleh
proses larutan dan runtuhan sinkhole (bentuk cekungan yang terjadi oleh proses
pelarutan batu kapur atau sejenisnya yang terletak di bawah permukaan),
berbentuk bulat oval. Serta mempunyai kedalaman 2 m sampai 100m dan diameternya
10 sampai 1000 m. Doline ini adalah ledokan berbentuk corong pada batu gamping.
Berdasarkan genesisnya doline di
bedakan:
- Doline Solusi
- Doline Runtuhan
- Doline Terban
- Doline Aluvia
Bentuk-bentuk doline (Svijic dalam Verstapen, 1946)
1. Bentuk
piring, garis tengah = 10 x tinggi
2. Bentuk
corong, garis tengah = 2-3 x tengah
3.
Bentuk sumur (tipe
jama/pipa karst), garis tengah = < tinggi Tipe. Di bedakan:
a) Tipe light holes, pipa karst
berhubugan dengan gua di bawah tanah yang berfungsi sebagai jalan cahaya.
b). Tipe oven, pipa karst sebagai
hasil pelarutan pada diaklas
c.) Tipe trebi, pipa karst
berbentuk lahan
b.
Uvala
Merupakan lahan
cekungan memanjang berbentuk oval akibat proses berkembangnya bentuk dan ukuran
doline. Baik melalui proses pelarutan maupun runtuhnya dinding doline.
Kedalamannya mencapai 100 sampai dengan 200 m. Uvala juga merupakan ledokan
tertutup yang luas yang merupakan gabungan dari beberapa doline.
c.
Polje
Merupakan cekungan di daerah kapur
yang mempunyai drainage di bawah permukaan. Terjadi dari perluasan uvala karena
proses solusi dan collapse. Polje ini adalah ledokan tertutup yang luas,
memanjang, dasarnya mendatar, dan dindingnya terjal di daerah kars.
d.
Lembah Buta (Blind Valley)
Merupakan lembah yang mendadak
berkhir atau buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut lenyap di
bawah tanah.
Ø Bentuk Lahan Positif
Berada di atas
permukaan rata-rata setempat akibat proses pelarutan. Bentuk lahan positif dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
·
Kerucut Karst
Merupakan bentuk lahan karst tropic
yang berupa sejumlah bukit berbentuk kerucut yang kadang - kadang dipisahkan
oleh cockpit saling berhubungan dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti
pola kekar. Lereng bukit-bukit terdiri atas
Cliff dan endapan-endapan berupa scree.
·
Menara Karst
Merupakan perbukitan belerang curam (vertical) yang menjulang
bersendiri diantara dataran alluvial.
Adapun bentuk-bentuk Karst yang alami diantaranya adalah sebagai
berikut:
o Hum
Merupakan
residual dari uvala yang meluas akibat adanya proses collapse dinding karena
terjadi erosi, pelapukan, dan beban air hujan.
o Lapies
Merupakan batuan kapur dalam bermacam relief kasar
dengan selingan kesan bekas terjadinya pelarutan.
o Mogote
Bukit terjal yang merupkan sisa pelarutan dan erosi,
umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata (Flat)
o Vaucluse
Gejala karst yang berbentuk lubang tempat keluarnya
aliran air tanah
·
Turm Kerst
Lingkungan karst yang berupa bukit-bukit kars (Kerucut kars) yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain
Disamping bentuk-bentuk tersebut contoh lahan positif
yaitu
1)
Sungai bawah tanah, terjadi
apabila cavern bagian dasarnya kedap terdapat aliran air.
2) Alur di permukaan
daerah karst (kar), terjadi karena pelarutan di permukaan karst melalui sistem diklas/kekar.
Contoh
stadia kars :
v Stadia muda, berupa cekungan atau torehan
seperti bekas roda pedati, kedalamannya + 10 cm dengan arah tidak
teratur.
v Stadia dewasa, cekungan semakin melebar
dan dangkal.
v Stadia tua, cekungan tidak jelas bentuknya
digantikan oleh igir-igir rendah yang sempit diantara dataran luas.
3) Gua kapur (Caves),
awal terbentuknya terjadi sink hole ; kemudian karena pelarutan meluas menjadi
lubang tiga dimensi (Cavern), lubang terus meluas membentuk gua kapur (Caves).
Gua kapur luas yang dasarnya bertingkat disebut Galleri.
4) Stalagtit dan Stalagmit, terjadi dari
tetesan air yang mengandung larutan kapur. Untuk membentuk Stalagtit (batu
tetes yang menggantung di dinding gua) dan Stalagmit (batu tetes tegak di dasar
gua) diperlukan penguapan, sehingga udara di dalam gua tidak lembab.
E. Menurut proses terjadinya
bentuk lahan asal proses solusional ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Bentuk sisa ( residual form)
Dari proses in terdapat dua macam
bentukan yang terjadi pada proses residual form ini, yaitu kubah karts dan
menara karts. Kubah karts merupakan bentukan yang memnyerupai dome. Bentuk ini
dipisahkan oleh cockpit yang satu sama lain berhubungan. Selain itu juga
dipisahkan oleh dataran alluvial karts. Kubah karts memiliki ketinggian yang
seragam. Sedangkan menara karts memiliki lereng yang curam sampai tegak atau
vertikal yang terpisah satu sama lain dan sebarannya lebih jarang.
2.
Bentuk erosioanal (solusional form)
Asal mula topografi karst adalah
adanya pengendapan gamping didasar laut, kemudian terangkat di atas muka air
laut dan selanjutnya oleh air hujan batu gamping tersebut terlarutkan menjadi
bentuk-bentuk kubah, dan cekungan.
3.
Daerah tropik basah
Dimana terjadi proses pelarutan
Kalsium Karbonat oleh air CaCO3 + H2O + CO2Ca(HCO3)2. Reaksi kimia dan
keseimbangannya pada proses pelarutan batu gamping H2O + CO2 H2CO3 2H2CO3
+ CaCO3Ca(HCO3)2 + H2
Cvijic (1914) membagi Topografi Karst
dalam 3 kelompok yaitu : Holokarst yaitu dimana Karst dengan perkembangan
paling sempurna, baik dari sudut pandang bentuk lahannya maupun Hidrologi bawah
permukaannya. Merokarst yaitu Karst yang perkembangannya kurang sempurna, hanya
mempunyai sebagian Bentukan Lahan Karst. Karst Transisi yang terbentuk pada
Batuan Karbonat yang cukup tebal bahkan sampai Karst Bawah Tanah.
Secara umum bentukan alam Kawasan
Karst yang terlihat mencuat keatas permukaan disebut Bentukan Karst Positif.
Begitu juga sebaliknya, bentuk yang terlihat kedalam bawah permukaan disebut
Bentukan Karst Negative (Negative Karst Landform). Negative Karst Landform
terlihat seperti cekungan–cekungan berdiamater kecil sampai berdiameter besar
(ratusan meter bahkan sampai 1 km) yang disebut sebagai Dolina atau dalam
bahasa Inggris disebut Sink Hole atau Closed Depression, bisa terbentuk akibat
Runtuhan (Collapse) atau terbentuk akibat pengikisan. Beberapa Dolina yang berdekatan bisa menyatu
dan disebut sebagai Uvala. Tetapi bila Dolina yang saling berdekatan tersebut
tidak menyatu dan diantara batas dolina tersebut membentuk bukit-bukit terjal
dan sempit maka disebut Cockpit Karst. Dolina yang
terbentuk akibat runtuhan dan dibawahnya terdapat aliran sungai yang cukup
deras dinamakan Collapse Sinkhole tipe Cvijik, sedangkan yang dasarnya
kering/tidak dialiri lagi oleh air dikarenakan berpindahnya lintasan aliran
sungai bawah tanah tersebut, maka bentukan seperti itu disebut Collapse Sink
Hole type Trebic.
Di Karst Landscape, pola Pengaliran
Karst LandForm yang banyak ditemukan adalah pola pengaliran multibasinal, yang
didalam peta digambarkan dengan garis putus-putus membentuk seperti bulatan.
Selain itu sungai yang ada terkadang masuk ke dalam permukaan secara tiba-tiba
karena adanya proses pelarutan
Adapun vegetasi dibentang alam karst
yang banyak ditemukan adalah pohon jati, dan beberapa pohon yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan karst seperti pada lingkungan yang berupa batu gamping. Selain itu, daerah karst
juga sangat jarang ditemukan persawahan dan perkebunan, hal ini akibat dominasi
batuan gamping tersebut.
F. Stadia Perkembangan Topografi Karst (Verstappen, 1946)
1.
Stadia Dolina (Stadia Muda Awal/
Early Youth)
Pada stadia ini mulai terbentuk
doline-doline kecil karena pelarutan melalui diaklas.
2.
Stadia Uvala (Stadia Muda Akhir/
Late Youth)
Beberapa doline bergabung karena
gua-gua di bawah tanah yang sudah terbentuk runtuh. Doline makin meluas,
bergabung satu sama lain membentuk uvala.
3.
Stadia Cockpit (Staidia Dewasa/
Maturity)
Pada stadia ini, kebanyakan sungai
di bawah permukaan, gua bawah tanah banyak
yang runtuh sehingga uvala semakin meluas diselingi Cockpit yang memisahkannya.
4.
Stadia Hum (Stadia Tua/ Old)
Stadia hum merupakan stadia tua
yang ditandai oleh semakin luasnya lembah-lembah, hanya tinggal bukit-bukit
sisa (Hum/ Conical Hillock). Menurut H. Rahman (dalam Verstappen, 1946)
terbentuknya conical hillock disebabkan oleh batuan kapur yang larut oleh
surface run off melalui diaklas. Sedangkan Van Bemmelen mengatakan bahwa
terbentuknya conical hill disebabkan oleh meluasnya doline, sehungga di antarea
doline yang meluas itu yang tersisa adalah kubah kapur (conical hil).
G. Sumberdaya Alam Karst
Pada lahan karst terdapat beberapa sumberdaya alam yang sangat bermanfaat
bagi kelangsungan hidup manusia, diantaranya yaitu :
♥
Sumberdaya mineral
Salah satu
sumberdaya mineral yang terbesar di kawasan karst Indonesia adalah batuan
karbonat. Batuan karbonat merupakan sumberdaya mineral yang penting baik
sebagai bahan bangunan, batu hias, dan industri. Sebagai bahan bangunan batuan
karbonat digunakan untuk fondasi rumah, jalan, jembatan, dan isian bendungan.
Pemanfaatan terbesar batu gamping di Indonesia adalah sebagai bahan baku semen.
Penambangan batu gamping di Indonesia telah dilakukan besar-besaran di Cibinang,
Gresik, Tuban, Nusakambangan, Gombong, Padang, dan Tonasa. Untuk memproduksi
satu ton semen diperlukan paling sedikit satu ton batu gamping di samping
lempung dan kuarsa.
Batuan
karbonat juga digunakan sebagai bahan baku industri dalam pembuatan karbid,
peleburan baja, bahan pemutih, soda abu, penggosok, pembuatan logam magnesium,
pembuatan alumina, plotasi, pembasmi hama, penjernih air, bahan pupuk, dan
keramik. Manfaat batuan karbonat terutama marmer yang tidak kalah pentingnya
adalah sebagai batu hias, yaitu sebagai lantai, dinding, atau cindera mata.
♥
Sumberdaya lahan
Sumberdaya
lahan di kawasan karst tidak begitu besar, namun demikian nilai manfaatnya
sangat berarti bagi penduduk yang tinggal di tempat tersebut sebagai penghasil
bahan pangan sehari-hari. Lahan yang berpotensi cukup tinggi di kawasan karst
adalah di lembah-lembah atau dolin pada daerah karst. Potensi lahan semakin
lebih baik apabila proses-proses fluvial mulai bekerja disamping proses
solusional. Tanah yang berkembang di lembah-lembah atau dolin pada umumnya
terarosa dengan tektur lempungan, kedalaman sedang, warna kemerah-merahan.
Lahan di
kawasan karst, terutama di daerah lembah dapat ditanami tanaman semusim lahan
kering atau sawah tadah hujan. Disamping itu, lahan di daerah tersebut sangat
sesuai untuk tanaman jati. Beberapa komoditas pertanian lain saat ini banyak
diusahakan oleh masyarakat walaupun tidak sebaik di dataran aluvial, seperti
jambu mete dan tanaman buah.
♥
Sumberdaya air
Sifat
akifer karst yang unik dan sukar untuk diprediksi, akifer yang berupa lorong
konduit, permeabilitas batuan yang tidak seragam, serta banyaknya retakan yang
menyebabkan terjadinya kebocoran-kebocoran dalam satuan tubuh perairan karst
merupakan suatu hal yang menantang untuk diteliti serta dikaji lebih dalam.
Akifer yang unik menyebabkan sumberdaya air di kawasan karst terdapat sebagai
sungai bawah tanah, mata air, danau dolin/telaga, dan muara sungai bawah tanah (resurgence).
Kawasan karst disinyalir merupakan akifer yang berfungsi sebagai tandon
terbesar keempat setalah dataran aluvial, volkan, dan pantai. Walaupun saat ini
dirasa masih terlalu mahal untuk memanfaatkan sungai bawah tanah, dimasa
mendatang akifer karst merupakan sumber air yang dapat diharapkan. Kawasan
karst Kabupaten Gunung Kidul misalnya memiliki danau dolin mencapai ratusan
buah, sedangkan jumlah mata air dan sungai bawah tanah mencapai 178 buah.
Sumberdaya
air di kawasan karst pada umumnya belum dimanfaatkan, baik sebagai sumber air
baku maupun sebagai budidaya perairan. Danau dolin di Kabupaten Gunung Kidul
misalnya belum dimanfaatkan untuk aqua kultur. Demikian halnya dengan mata air,
pada umumnya mataair terutama di daerah karst belum dimanfaatkan dengan
optimal. Mata air epikarst dikenal menurut studinya Linhua (1996) mempunyai kelebihan
dalam hal:
1. Kualitas air.
Air yang keluar dari mata air
epikarst sangat jernih karena sedimen yang ada sudah terperangkap dalam
material isian atau rekahan.
2. Debit yang stabil.
Mata air yang keluar dari
mintakat epikarst dapat mengalir setelah 2-3 bulan setelah musim hujan dengan
debit relatif stabil.
3. Mudah untuk dikelola.
Mata air epikarst umumnya
muncul di kaki-kaki perbukitan, sehingga dapat langsung ditampung tanpa harus
memompa.
♥ Sumberdaya hayati
Sumberdaya hayati di kawasan karst
tidaklah melimpah, hal ini disebabkan tipisnya tanah dan langkanya air tanah di kawasan
tersebut. Kawasan karst dikenal dengan daya tahannya (resilience) yang rendah
terhadap perubahan atau gangguan (Gillieson, 1997). Namun demikian kawasan
karst yang belum terjamah oleh aktivitas manusia pada umumnya berhutan lebat
dengan segenap satwa penghuninya, seperti Karst di Irian Jaya yang mencapai
ketinggian di atas 4.000 meter dari muka laut. Gunung Kidul yang saat ini
gersang dilaporkan oleh Junghuhn (1845) dulunya merupakan hutan yang lebat.
Sekalipun telah gundul di kawasan karst Gunung Kidul dijumpai jenis satwa dan
fauna yang sangat beragam. Satwa kawasan karst Gunung Sewu yang khas dijumpai
diantaranya adalah walet, kelelawar, dan ular kobra.
Sumberdaya hayati kawasan karst
terutama yang telah berkembang menjadi karst yang menonjol adalah kehidupan
hayati di ekosistem goa. Walaupun tidak melimpah, kehidupan goa memiliki arti
penting terutama dalam ilmu pengetahuan. Ekosistem goa telah menjadi obyek
kajian yang menarik bagi ahli ilmu biologi untuk mempelajari pola adaptasi
fauna dari lingkungan terang ke lingkungan gelap abadi. Disamping itu, goa
merupakan habitat burung Walet dengan sarangnya yang sangat mahal nilai
jualnya.
♥ Sumberdaya lansekap
Lanksekap di kawasan karst mempunyai
nilai keindahan dan keunikan yang tinggi, baik di permukaan (eksokarst ) maupun
bawah permukaan (endokarst). Di permukaan, kawasan karst dihiasi oleh ribuan
kubah-kubah karst atau menara karst dengan sesekali ditemukan ngarai yang
terjal, dolin, dan danau dolin. Keindahan panorama karst juga dapat dijumpai
apabila karst berbatasan dengan laut dengan membentuk tebing-tebing terjal
(clift).
Keindahan di bawah permukaan kawasan
karst didapatkan pada goa-goa beserta ornamennya. Goa-goa tersebut dapat berupa
goa vertikal (shaft), cimne, maupun goa horinsontal. Sedangkan ornamen
(speleothem) yang dimiliki goa sangat bervariasi baik bentuk, warna, dan
ukurannya. Keunikan lain dari goa adalah terdapatnya ruangan bawah tanah (chamber)
dan sungai di beberapa goa dengan bendungan alamnya. Luas ruangan bawah tanah
bisa mencapai satuan hektar, walaupun dipermukaan hanya berdiameter satu atau
dua meter.
H.
Persebaran Lahan Karst di Indonesia
Sebagian
besar kawasan karst di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir
tidak ada yang tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batugaram, maupun
batuan evaporit. Hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki batuan karbonat,
tapi tidak semuanya terkartsifikasi menjadi kawasan karst. Menurut Balazs (196)
terdapat 17 lokasi yang dapat dikategorikan sebagai kawasan karst.
Karst di
Indonesia seperti yang ditulis oleh Balazs tersebar di sebagian besar
pulau-pulau di Indonesia, namun demikian tidak semuanya berkembang dengan baik.
Balazs (196 selanjutnya) mengidentifikasi terdapat tujuh belas kawasan karst
mayor di Indonesia seperti ditunjukkan pada Lampiran 1. Diantara kawasan karst
tersebut, terdapat dua kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai
prototipe dari karst daerah tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu.
Karst
Maros dicirikan dengan berkembangnya Menara Karst (Mogote), yaitu
bentukan positif dengan dinding-dinding terjal yang relatif tinggi. Ketinggian
dari muka laut berkisa antara 300 – 550 meter, sedangkan relief bervariasi dari
100 – 250 meter. Batuan gamping di karst Maros diendapkan pada Eosen. Luas
karst Maros secara keseluruhan mencapai 650 km² dengan intikarst sekitar 300
km².
Karst
Gunung Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah karst (Kegle Karst),
yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah
sinusoidal (Lehman, 1936). Ketinggian tempat berkisar antara 300 – 500 meter
dari muka laut dan relief bervariasi antara 50 – 150 meter. Batuan gamping di
Karst Gunung Sewu berumur Miosen dan mengalami karstifikasi mulai akhir pliosen
hingga awal pleistosen. Karst gunung sewu juga dicirikan dengan bentukan doline
yang setiap musim penghujan selalu terisi air yang kemudian disebut telaga,
yang jumlahnya ratusan. Luas karst Gunung Sewu mencapai 3300 km2 yang meliputi
Propinsi DIY, Jawa Tengah, dan Propinsi Jawa Timur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
v Secara umum karst dapat didefinisikan
sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuk lahan yang diakibatkan
oleh kombinasi dari batuan mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang
berkembang baik. Karst sebenarnya tidak hanya terjadi di batuan karbonat, namun
sebagian besar karst berkembang di batu gamping. Ciri utama kawasan karst
adalah terdapatnya cekungan-cekungan tertutup yang disebut sebagai dolin.
Apabila dolin saling menyatu membentuk uvala. Di beberapa tempat, dolin dapat
terisi air membentuk danau dolin. Kenampakan permukaan daerah karst selain
doline dan uvala adalah polje, ponor, pinacle, menara karst, atau kubah karst.
v Bentuk lahan
karst terbagi atas bentuk lahan negatif dan bentuk lahan positif. Bentuk lahan
negatif berada di bawah permukaan rata-rata setempat sebagai akibat proses
pelarutan, runtuhan, atau terban, misalnya doline,uvala, polje, dan lembah
buta. Sedangkan bentuk lahan positif berada diatas permukaan rata-rata setempat
sebagai akibat proses pelarutan, misalnya kerucut karst, menara karst, dan
lain-lain.
v Sebagian besar kawasan karst di Indonesia
tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir tidak ada yang tersusun oleh batuan
lain seperti gipsum, batu garam, maupun batuan evaporit. Hampir di setiap pulau
di Indonesia memiliki batuan karbonat, namun tidak semuanya terkartsifikasi
menjadi kawasan karst. Para ilmuwan mengidentifikasi terdapat tujuh belas
kawasan karst mayor di Indonesia. Diantara kawasan karst tersebut, terdapat dua
kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari karst daerah
tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu.
v Pada lahan karst
terdapat beberapa sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan
hidup manusia, yaitu sumberdaya mineral, sumberdaya lahan, sumberdaya air,
sumberdaya hayati, dan sumberdaya lansekap.
DAFTAR
PUSTAKA
Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar
Geomorfologi. Universitas
Negeri Malang : Malang.
Haryono, Eko dkk. 1999. Jurnal : Kawasan
Karst dan pengembangannya. Disampaikan di Universitas Indonesia
Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)