Rabu, 15 Februari 2012

Geomorfologi Kars


            BENTUK LAHAN ASAL SOLUSIONAL (KARST)


Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Geomorfologi Umum
yang dibina oleh Drs. Sudarno Herlambang, M.Si.







Oleh:

 kelompok 6 (off A):

1. Zaka Khoirul Anwar  (110721407160)
  2. Deny Wanti A            (110721435152)
  3. Hardiyanti H.A Rena  (110721435155)
4. Noviani Nur Kolis      (107351407401)
   5. Nur Cholis                   (110721435154)





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Bentuk lahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen dengan irri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan irri – irri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan(morfografi), proses / asal – usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi).
Bentuk lahan yang ada di permukaan bumi bermacam-macam salah satu bentuk yaitu bentuk lahan solusional yang mana bentuk tersebut mendominasi topografi lahan karst.Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast’ yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Moore and Sullivan (197 menyebutkan bahwa istilah karst diperoleh dari bahasa Slovenia, terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak), dan digunakan pertama kali oleh pembuat peta-peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan gamping berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut Yugoslavia dan sebelah Timur Laut Italia.
Beberapa ilmuwan lain menyebutkan pula bahwa asal mula ditemukannya daerah yang akhirnya dinamakan karst adalah karena akibat adanya perumputan (grassing) oleh ternak-ternak pada suatu kawasan, sehingga tersingkaplah batuan dan fenomena didalamnya yang ternyata sangat khas dan unik. Istilah karst ini akhirnya dipakai untuk menyebut semua kawasan berbatuan gamping di seluruh dunia yang mempunyai keunikan dan spesifikasi yang sama, karena proses pelarutan (solusional), bahkan berlaku pula untuk fenomena pelarutan pada batuan lain seperti gypsum, serta batuan garam dan anhidratnya. Beberapa istilah dalam karst yang juga diambil dari daerah ini diantaranya adalah bentukan Polje yang merupakan nama suatu kota di Yugoslavia, Beberapa istilah bentukan karst yang lain diantaranya adalah bukit dan tower karst, diaklas, pinacle, cockpit, uvala, doline, sinkhole, goa, lapies, speleothem, dan sungai bawah 
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian bentuk lahan solusional atau karst?
2.    Bagaimana bentuk-bentuk lahan karst?
3.    Bagaimana ciri-ciri bentuk lahan solusional/karst?
4.    Bagaimana proses terbentuknya bentuk lahan karts?
5.    Apa saja stadia perkembangan topografi karst?
6.    Apa saja sumberdaya alam karts?
C.  Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu lahan karts.
2) Untuk mengetahui bagaimana bentuk – bentuk lahan katrs.
3) Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri lahan karst.
4) Untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya lahan karts.
5) Untuk mengetahui apa saja stadia perkembangan topografi karts.
6) Untuk mengetahui apa saja sumberdaya alam karst.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Lahan Solusional/Karst
Bentuk lahan solusioal adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi karst, walaupun faktor selain batuannya sama. 

B.  Syarat berkembangnya topografi karst
1.    Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping ataupun dolomite
2.    Batu gamping dengan kemurnian tinggi
3.    Mempunyai lapisan batuan yang tebal
4.    Banyak terdapat diaklas/retakan
Batuan karbonat memiliki banyak diaklas akan memudahkan air untuk melarutkan CaCO3. Oleh karena itu batuan karbonat yang sedikit diaklas atau tidak memiliki diaklas , walaupun terletak pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi, namun tidak terbentuk topografi karst.
5.    Pada daerah tropis basah
Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga lebat yang bersamaan dengan temperature yang tinggi.Kondisi semacam ini menyebabkan pelarutan dapat berlangsung secara intensif.
6.    Vegetasi penutup yang lebat
Vegetasi yang rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah LW memiliki PH rendah atau asam. Pada kondisi asam, air akan mudah melarutkan karbonat (CaCO3). Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas , curah hujan dan suhu tinggi, serta vegetasi yang lebat akan mendorong terbentuknya topografi kars.
Menurut Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan yang tinggi oleh air.
Tektonisme menjadi factor prnrntu pula, sesar dan kekar menjadi factor yang amat penting.Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga mempermudah gerakan air melalui batuan tersebut.Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan didalam batuan.

C.  Proses Terbentuknya Lahan Karst
v Hujan turun membawa CO2 yang terlarut dalam cairan.
v Hujan terperkolasi melalui tanah.
v Menggunakan CO2 untuk membentuk larutan lemah ( Asam Karbonat “CO2 + H2O = H2CO3”)
v Infiltrasi air secara natural membuat retakan pada batuan.
v Suplai CO2 terus menerus yang kaya air,lapisan karbonat mulai melarut.
v Sistem drainase bawah tanah mulai berkembang mempercepat pembentukan karst.
v Akhirnya mengarah ke pengembangan gua dibawah permukaan 

D.  Bentuk Lahan Karst
Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut sebagai daerah  karst asli.
Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Kemudian, bentuk lahan karst (solusional) dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berdasarkan tinggi rendahnya permukaan bentuk- bentuk tersebut dibagi menjadi dua, yaitu bentuk lahan negatif ( Negative Karst Landform)dan bentuk lahan positif ( Positive Karst Landform) .
Ø Bentuk Lahan Negatif
Berada di bawah permukaan rata-rata setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan, atau terban.
a.    Doline
Merupakan depresi yang terjadi oleh proses larutan dan runtuhan sinkhole (bentuk cekungan yang terjadi oleh proses pelarutan batu kapur atau sejenisnya yang terletak di bawah permukaan), berbentuk bulat oval. Serta mempunyai kedalaman 2 m sampai 100m dan diameternya 10 sampai 1000 m. Doline ini adalah ledokan berbentuk corong pada batu gamping.
Berdasarkan genesisnya doline di bedakan:
-  Doline Solusi
-  Doline Runtuhan
-  Doline Terban
-  Doline Aluvia
Bentuk-bentuk doline (Svijic dalam Verstapen, 1946)
1.    Bentuk piring, garis tengah = 10 x tinggi
2.    Bentuk corong, garis tengah = 2-3 x tengah
3.    Bentuk sumur (tipe jama/pipa karst), garis tengah = < tinggi Tipe. Di bedakan:
a) Tipe light holes, pipa karst berhubugan dengan gua di bawah tanah yang berfungsi  sebagai jalan cahaya.
b). Tipe oven, pipa karst sebagai hasil pelarutan pada diaklas
c.) Tipe trebi, pipa karst berbentuk lahan

b.    Uvala
     Merupakan lahan cekungan memanjang berbentuk oval akibat proses berkembangnya bentuk dan ukuran doline. Baik melalui proses pelarutan maupun runtuhnya dinding doline. Kedalamannya mencapai 100 sampai dengan 200 m. Uvala juga merupakan ledokan tertutup yang luas yang merupakan gabungan dari beberapa doline. 

c.    Polje
Merupakan cekungan di daerah kapur yang mempunyai drainage di bawah permukaan. Terjadi dari perluasan uvala karena proses solusi dan collapse. Polje ini adalah ledokan tertutup yang luas, memanjang, dasarnya mendatar, dan dindingnya terjal di daerah kars.

d.   Lembah Buta (Blind Valley)
Merupakan lembah yang mendadak berkhir atau buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut lenyap di bawah tanah.

Ø Bentuk Lahan Positif
Berada di atas permukaan rata-rata setempat akibat proses pelarutan. Bentuk lahan positif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
·       Kerucut Karst
Merupakan bentuk lahan karst tropic yang berupa sejumlah bukit berbentuk kerucut yang kadang - kadang dipisahkan oleh cockpit saling berhubungan dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.  Lereng bukit-bukit terdiri atas Cliff dan endapan-endapan berupa scree.
·      Menara Karst
Merupakan perbukitan belerang curam (vertical) yang menjulang bersendiri diantara dataran alluvial.

Adapun bentuk-bentuk Karst  yang alami diantaranya adalah sebagai berikut:
o  Hum
Merupakan residual dari uvala yang meluas akibat adanya proses collapse dinding karena terjadi erosi, pelapukan, dan beban air hujan.
o  Lapies
Merupakan batuan kapur dalam bermacam relief kasar dengan selingan kesan bekas terjadinya pelarutan.
o  Mogote
Bukit terjal yang merupkan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata (Flat)
o  Vaucluse
Gejala karst yang berbentuk lubang tempat keluarnya aliran air tanah
·      Turm Kerst
Lingkungan karst yang berupa bukit-bukit kars (Kerucut kars) yang saling berhubungan antara  satu dengan yang lain
Disamping bentuk-bentuk tersebut contoh lahan positif yaitu
1)   Sungai bawah tanah, terjadi apabila cavern bagian dasarnya kedap terdapat aliran air.

2)   Alur di permukaan daerah karst (kar), terjadi karena pelarutan di permukaan karst melalui sistem diklas/kekar.
Contoh stadia kars :
v Stadia muda, berupa cekungan atau torehan seperti bekas roda pedati, kedalamannya + 10 cm dengan arah tidak teratur.
v    Stadia dewasa, cekungan semakin melebar dan dangkal.
v  Stadia tua, cekungan tidak jelas bentuknya digantikan oleh igir-igir rendah yang sempit diantara dataran luas.
3)   Gua kapur (Caves), awal terbentuknya terjadi sink hole ; kemudian karena pelarutan meluas menjadi lubang tiga dimensi (Cavern), lubang terus meluas membentuk gua kapur (Caves). Gua kapur luas yang dasarnya bertingkat disebut Galleri.

4)   Stalagtit dan Stalagmit, terjadi dari tetesan air yang mengandung larutan kapur. Untuk membentuk Stalagtit (batu tetes yang menggantung di dinding gua) dan Stalagmit (batu tetes tegak di dasar gua) diperlukan penguapan, sehingga udara di dalam gua tidak lembab.

E.  Menurut proses terjadinya bentuk lahan asal proses solusional ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1.    Bentuk sisa ( residual form)
Dari proses in terdapat dua macam bentukan yang terjadi pada proses residual form ini, yaitu kubah karts dan menara karts. Kubah karts merupakan bentukan yang memnyerupai dome. Bentuk ini dipisahkan oleh cockpit yang satu sama lain berhubungan. Selain itu juga dipisahkan oleh dataran alluvial karts. Kubah karts memiliki ketinggian yang seragam. Sedangkan menara karts memiliki lereng yang curam sampai tegak atau vertikal yang terpisah satu sama lain dan sebarannya lebih jarang.
2.    Bentuk erosioanal (solusional form)
Asal mula topografi karst adalah adanya pengendapan gamping didasar laut, kemudian terangkat di atas muka air laut dan selanjutnya oleh air hujan batu gamping tersebut terlarutkan menjadi bentuk-bentuk kubah, dan cekungan.
3.    Daerah tropik basah
Dimana terjadi proses pelarutan Kalsium Karbonat oleh air CaCO3 + H2O + CO2Ca(HCO3)2. Reaksi kimia dan keseimbangannya pada proses pelarutan batu gamping  H2O + CO2 H2CO3 2H2CO3 + CaCO3Ca(HCO3)2 + H2
Cvijic (1914) membagi Topografi Karst dalam 3 kelompok yaitu : Holokarst yaitu dimana Karst dengan perkembangan paling sempurna, baik dari sudut pandang bentuk lahannya maupun Hidrologi bawah permukaannya. Merokarst yaitu Karst yang perkembangannya kurang sempurna, hanya mempunyai sebagian Bentukan Lahan Karst. Karst Transisi yang terbentuk pada Batuan Karbonat yang cukup tebal bahkan sampai Karst Bawah Tanah.
Secara umum bentukan alam Kawasan Karst yang terlihat mencuat keatas permukaan disebut Bentukan Karst Positif. Begitu juga sebaliknya, bentuk yang terlihat kedalam bawah permukaan disebut Bentukan Karst Negative (Negative Karst Landform). Negative Karst Landform terlihat seperti cekungan–cekungan berdiamater kecil sampai berdiameter besar (ratusan meter bahkan sampai 1 km) yang disebut sebagai Dolina atau dalam bahasa Inggris disebut Sink Hole atau Closed Depression, bisa terbentuk akibat Runtuhan (Collapse) atau terbentuk akibat pengikisan. Beberapa Dolina yang berdekatan bisa menyatu dan disebut sebagai Uvala. Tetapi bila Dolina yang saling berdekatan tersebut tidak menyatu dan diantara batas dolina tersebut membentuk bukit-bukit terjal dan sempit maka disebut Cockpit Karst. Dolina yang terbentuk akibat runtuhan dan dibawahnya terdapat aliran sungai yang cukup deras dinamakan Collapse Sinkhole tipe Cvijik, sedangkan yang dasarnya kering/tidak dialiri lagi oleh air dikarenakan berpindahnya lintasan aliran sungai bawah tanah tersebut, maka bentukan seperti itu disebut Collapse Sink Hole type Trebic.


Di Karst Landscape, pola Pengaliran Karst LandForm yang banyak ditemukan adalah pola pengaliran multibasinal, yang didalam peta digambarkan dengan garis putus-putus membentuk seperti bulatan. Selain itu sungai yang ada terkadang masuk ke dalam permukaan secara tiba-tiba karena adanya proses pelarutan
Adapun vegetasi dibentang alam karst yang banyak ditemukan adalah pohon jati, dan beberapa pohon yang dapat beradaptasi dengan lingkungan karst seperti pada lingkungan yang  berupa batu gamping. Selain itu, daerah karst juga sangat jarang ditemukan persawahan dan perkebunan, hal ini akibat dominasi batuan gamping tersebut.

F.   Stadia Perkembangan Topografi Karst (Verstappen, 1946)
1.    Stadia Dolina (Stadia Muda Awal/ Early Youth)
Pada stadia ini mulai terbentuk doline-doline kecil karena pelarutan melalui diaklas.
2.    Stadia Uvala (Stadia Muda Akhir/ Late Youth)
Beberapa doline bergabung karena gua-gua di bawah tanah yang sudah terbentuk runtuh. Doline makin meluas, bergabung satu sama lain membentuk uvala.
3.    Stadia Cockpit (Staidia Dewasa/ Maturity) 
Pada stadia ini, kebanyakan sungai di bawah permukaan, gua bawah tanah banyak yang runtuh sehingga uvala semakin meluas diselingi Cockpit yang memisahkannya.
4.    Stadia Hum (Stadia Tua/ Old)  
Stadia hum merupakan stadia tua yang ditandai oleh semakin luasnya lembah-lembah, hanya tinggal bukit-bukit sisa (Hum/ Conical Hillock). Menurut H. Rahman (dalam Verstappen, 1946) terbentuknya conical hillock disebabkan oleh batuan kapur yang larut oleh surface run off melalui diaklas. Sedangkan Van Bemmelen mengatakan bahwa terbentuknya conical hill disebabkan oleh meluasnya doline, sehungga di antarea doline yang meluas itu yang tersisa adalah kubah kapur (conical hil).

G. Sumberdaya Alam Karst
Pada lahan karst terdapat beberapa sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia, diantaranya yaitu :
  Sumberdaya mineral
Salah satu sumberdaya mineral yang terbesar di kawasan karst Indonesia adalah batuan karbonat. Batuan karbonat merupakan sumberdaya mineral yang penting baik sebagai bahan bangunan, batu hias, dan industri. Sebagai bahan bangunan batuan karbonat digunakan untuk fondasi rumah, jalan, jembatan, dan isian bendungan. Pemanfaatan terbesar batu gamping di Indonesia adalah sebagai bahan baku semen. Penambangan batu gamping di Indonesia telah dilakukan besar-besaran di Cibinang, Gresik, Tuban, Nusakambangan, Gombong, Padang, dan Tonasa. Untuk memproduksi satu ton semen diperlukan paling sedikit satu ton batu gamping di samping lempung dan kuarsa.
Batuan karbonat juga digunakan sebagai bahan baku industri dalam pembuatan karbid, peleburan baja, bahan pemutih, soda abu, penggosok, pembuatan logam magnesium, pembuatan alumina, plotasi, pembasmi hama, penjernih air, bahan pupuk, dan keramik. Manfaat batuan karbonat terutama marmer yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai batu hias, yaitu sebagai lantai, dinding, atau cindera mata.
  Sumberdaya lahan
Sumberdaya lahan di kawasan karst tidak begitu besar, namun demikian nilai manfaatnya sangat berarti bagi penduduk yang tinggal di tempat tersebut sebagai penghasil bahan pangan sehari-hari. Lahan yang berpotensi cukup tinggi di kawasan karst adalah di lembah-lembah atau dolin pada daerah karst. Potensi lahan semakin lebih baik apabila proses-proses fluvial mulai bekerja disamping proses solusional. Tanah yang berkembang di lembah-lembah atau dolin pada umumnya terarosa dengan tektur lempungan, kedalaman sedang, warna kemerah-merahan.
Lahan di kawasan karst, terutama di daerah lembah dapat ditanami tanaman semusim lahan kering atau sawah tadah hujan. Disamping itu, lahan di daerah tersebut sangat sesuai untuk tanaman jati. Beberapa komoditas pertanian lain saat ini banyak diusahakan oleh masyarakat walaupun tidak sebaik di dataran aluvial, seperti jambu mete dan tanaman buah.
  Sumberdaya air
Sifat akifer karst yang unik dan sukar untuk diprediksi, akifer yang berupa lorong konduit, permeabilitas batuan yang tidak seragam, serta banyaknya retakan yang menyebabkan terjadinya kebocoran-kebocoran dalam satuan tubuh perairan karst merupakan suatu hal yang menantang untuk diteliti serta dikaji lebih dalam. Akifer yang unik menyebabkan sumberdaya air di kawasan karst terdapat sebagai sungai bawah tanah, mata air, danau dolin/telaga, dan muara sungai bawah tanah (resurgence). Kawasan karst disinyalir merupakan akifer yang berfungsi sebagai tandon terbesar keempat setalah dataran aluvial, volkan, dan pantai. Walaupun saat ini dirasa masih terlalu mahal untuk memanfaatkan sungai bawah tanah, dimasa mendatang akifer karst merupakan sumber air yang dapat diharapkan. Kawasan karst Kabupaten Gunung Kidul misalnya memiliki danau dolin mencapai ratusan buah, sedangkan jumlah mata air dan sungai bawah tanah mencapai 178 buah.
Sumberdaya air di kawasan karst pada umumnya belum dimanfaatkan, baik sebagai sumber air baku maupun sebagai budidaya perairan. Danau dolin di Kabupaten Gunung Kidul misalnya belum dimanfaatkan untuk aqua kultur. Demikian halnya dengan mata air, pada umumnya mataair terutama di daerah karst belum dimanfaatkan dengan optimal. Mata air epikarst dikenal menurut studinya Linhua (1996) mempunyai kelebihan dalam hal:
1.    Kualitas air.
Air yang keluar dari mata air epikarst sangat jernih karena sedimen yang ada sudah terperangkap dalam material isian atau rekahan.
2.    Debit yang stabil.
Mata air yang keluar dari mintakat epikarst dapat mengalir setelah 2-3 bulan setelah musim hujan dengan debit relatif stabil.
3.    Mudah untuk dikelola.
Mata air epikarst umumnya muncul di kaki-kaki perbukitan, sehingga dapat langsung ditampung tanpa harus memompa.
  Sumberdaya hayati
Sumberdaya hayati di kawasan karst tidaklah melimpah, hal ini disebabkan tipisnya tanah dan langkanya air tanah di kawasan tersebut. Kawasan karst dikenal dengan daya tahannya (resilience) yang rendah terhadap perubahan atau gangguan (Gillieson, 1997). Namun demikian kawasan karst yang belum terjamah oleh aktivitas manusia pada umumnya berhutan lebat dengan segenap satwa penghuninya, seperti Karst di Irian Jaya yang mencapai ketinggian di atas 4.000 meter dari muka laut. Gunung Kidul yang saat ini gersang dilaporkan oleh Junghuhn (1845) dulunya merupakan hutan yang lebat. Sekalipun telah gundul di kawasan karst Gunung Kidul dijumpai jenis satwa dan fauna yang sangat beragam. Satwa kawasan karst Gunung Sewu yang khas dijumpai diantaranya adalah walet, kelelawar, dan ular kobra.
Sumberdaya hayati kawasan karst terutama yang telah berkembang menjadi karst yang menonjol adalah kehidupan hayati di ekosistem goa. Walaupun tidak melimpah, kehidupan goa memiliki arti penting terutama dalam ilmu pengetahuan. Ekosistem goa telah menjadi obyek kajian yang menarik bagi ahli ilmu biologi untuk mempelajari pola adaptasi fauna dari lingkungan terang ke lingkungan gelap abadi. Disamping itu, goa merupakan habitat burung Walet dengan sarangnya yang sangat mahal nilai jualnya.
  Sumberdaya lansekap
Lanksekap di kawasan karst mempunyai nilai keindahan dan keunikan yang tinggi, baik di permukaan (eksokarst ) maupun bawah permukaan (endokarst). Di permukaan, kawasan karst dihiasi oleh ribuan kubah-kubah karst atau menara karst dengan sesekali ditemukan ngarai yang terjal, dolin, dan danau dolin. Keindahan panorama karst juga dapat dijumpai apabila karst berbatasan dengan laut dengan membentuk tebing-tebing terjal (clift).
Keindahan di bawah permukaan kawasan karst didapatkan pada goa-goa beserta ornamennya. Goa-goa tersebut dapat berupa goa vertikal (shaft), cimne, maupun goa horinsontal. Sedangkan ornamen (speleothem) yang dimiliki goa sangat bervariasi baik bentuk, warna, dan ukurannya. Keunikan lain dari goa adalah terdapatnya ruangan bawah tanah (chamber) dan sungai di beberapa goa dengan bendungan alamnya. Luas ruangan bawah tanah bisa mencapai satuan hektar, walaupun dipermukaan hanya berdiameter satu atau dua meter.

H.  Persebaran Lahan Karst di Indonesia
Sebagian besar kawasan karst di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir tidak ada yang tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batugaram, maupun batuan evaporit. Hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki batuan karbonat, tapi tidak semuanya terkartsifikasi menjadi kawasan karst. Menurut Balazs (196) terdapat 17 lokasi yang dapat dikategorikan sebagai kawasan karst.
Karst di Indonesia seperti yang ditulis oleh Balazs tersebar di sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, namun demikian tidak semuanya berkembang dengan baik. Balazs (196 selanjutnya) mengidentifikasi terdapat tujuh belas kawasan karst mayor di Indonesia seperti ditunjukkan pada Lampiran 1. Diantara kawasan karst tersebut, terdapat dua kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari karst daerah tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu.
Karst Maros dicirikan dengan berkembangnya Menara Karst (Mogote), yaitu bentukan positif dengan dinding-dinding terjal yang relatif tinggi. Ketinggian dari muka laut berkisa antara 300 – 550 meter, sedangkan relief bervariasi dari 100 – 250 meter. Batuan gamping di karst Maros diendapkan pada Eosen. Luas karst Maros secara keseluruhan mencapai 650 km² dengan intikarst sekitar 300 km².
Karst Gunung Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah karst (Kegle Karst), yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal (Lehman, 1936). Ketinggian tempat berkisar antara 300 – 500 meter dari muka laut dan relief bervariasi antara 50 – 150 meter. Batuan gamping di Karst Gunung Sewu berumur Miosen dan mengalami karstifikasi mulai akhir pliosen hingga awal pleistosen. Karst gunung sewu juga dicirikan dengan bentukan doline yang setiap musim penghujan selalu terisi air yang kemudian disebut telaga, yang jumlahnya ratusan. Luas karst Gunung Sewu mencapai 3300 km2 yang meliputi Propinsi DIY, Jawa Tengah, dan Propinsi Jawa Timur.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
v Secara umum karst dapat didefinisikan sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuk lahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst sebenarnya tidak hanya terjadi di batuan karbonat, namun sebagian besar karst berkembang di batu gamping. Ciri utama kawasan karst adalah terdapatnya cekungan-cekungan tertutup yang disebut sebagai dolin. Apabila dolin saling menyatu membentuk uvala. Di beberapa tempat, dolin dapat terisi air membentuk danau dolin. Kenampakan permukaan daerah karst selain doline dan uvala adalah polje, ponor, pinacle, menara karst, atau kubah karst.
v Bentuk lahan karst terbagi atas bentuk lahan negatif dan bentuk lahan positif. Bentuk lahan negatif berada di bawah permukaan rata-rata setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan, atau terban, misalnya doline,uvala, polje, dan lembah buta. Sedangkan bentuk lahan positif berada diatas permukaan rata-rata setempat sebagai akibat proses pelarutan, misalnya kerucut karst, menara karst, dan lain-lain.
v Sebagian besar kawasan karst di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir tidak ada yang tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batu garam, maupun batuan evaporit. Hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki batuan karbonat, namun tidak semuanya terkartsifikasi menjadi kawasan karst. Para ilmuwan mengidentifikasi terdapat tujuh belas kawasan karst mayor di Indonesia. Diantara kawasan karst tersebut, terdapat dua kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari karst daerah tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu.
v Pada lahan karst terdapat beberapa sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia, yaitu sumberdaya mineral, sumberdaya lahan, sumberdaya air, sumberdaya hayati, dan sumberdaya lansekap.

DAFTAR PUSTAKA

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Geomorfologi. Universitas      Negeri Malang : Malang.
Haryono, Eko dkk. 1999. Jurnal : Kawasan Karst dan pengembangannya. Disampaikan di Universitas Indonesia Jakarta.









2 komentar:

  1. trims postnya sangat bermanfaat dalam membuat PPT solusional, saya juga murid Pak Sudarno Herlambang

    BalasHapus